RSS

Pohon Kecilku Bermain

14 Agu

Pohon Kecilku Bermain
Puisi :Sang Bayang

Mataku memandang tiada tandingan
gunung-gunung berkawan tebing
sawah ladang kaki langit membentang
menyusun waktu ditebing berbatu
air mengalir
tanpa cemar keremangan jaman

Masih kuingat
matahari pagi seenaknya beraksi
selaksa mengores kuas tanpa aturan
diujung mata melukis agung naturalist
picassostylepun tiarap tak lebih bergaya

Kulihat sepreh dan wungu tua
kokoh menancap gagah ditempat semula
inilah pohon kecilku bermain
saksi setia pagi dan senja
diujung dusun tak lengang senyum lalu-lalang

Ambarawa, Agustus 2012

 
27 Komentar

Ditulis oleh pada 14 Agustus 2012 inci Puisi, Sajak, Syair

 

Tag: , ,

27 responses to “Pohon Kecilku Bermain

  1. pena usang

    16 Agustus 2012 at 02:56

    Ane dapet maksudnya gan, hehe. Tapi sungguh disayangkan ya, suasana yang ane dapet di puisinya mulai sedikit memudar di dunia nyata karena terselimuti hingar bingar metropolitan

     
    • SanG BaYAnG

      16 Agustus 2012 at 17:46

      Benar sekali mas.., mudah-mudahan di ujung desa sana keindahan itu masih tersisa 😀

       
  2. sunarno2010

    16 Agustus 2012 at 01:27

    turut menikmati puisi dan ternyata kutemukan pula kosakata baru nama tetumbuhan yang sama sekali belum pernah kukenal, maturnuwun mas

     
    • SanG BaYAnG

      16 Agustus 2012 at 17:32

      Selamat menikmati Mas..
      Terimakasih kembali mas Narno.. 😀

       
  3. mew da vinci

    15 Agustus 2012 at 16:18

    masih kuingat…
    phitecantropus melitus diabetus homosinius
    yang ada di prasasti entah dalam adegan di mimpi yang mana…

     
    • SanG BaYAnG

      15 Agustus 2012 at 17:46

      mungkinkah dalam adegan lama yang abadi membentuk mimpi-mimpi, terukir dalam sebuah prasasti yang akan di ingat sebagai cerita tua..??? 😛

       
  4. Kukuh Nova Putra

    15 Agustus 2012 at 16:01

    sepreh dan wungu itu apa ya ?
    Apa hanya kiasan ?

     
    • SanG BaYAnG

      15 Agustus 2012 at 17:41

      Nama sebuah pohon mas.. 🙂

       
      • Kukuh Nova Putra

        15 Agustus 2012 at 18:29

        Baru tau saya mas, tadi sempet cari di mbah google gak ada.
        Mungkin keselip ya 😀

         
        • SanG BaYAnG

          15 Agustus 2012 at 18:40

          Hehehe.., sperti pohon beringin yang daunya agak besar itu loh mas, biasa ada ditempat-tempa keramat dan sekarang pohon itu besarnya sudah delapan lingkarang pria dewasa tang bergandengan tangan. 😀

          Kalau wungu @ sebuah pohon yang bunganya berwarna ungu.. ,nama aslinya kurang paham juga sih mas.. :mrgreen:

           
          • Kukuh Nova Putra

            15 Agustus 2012 at 18:52

            Owh gitu.
            Pernah liat dan saya baru tau namanya sekarang.
            Thanks mas 😀

             
            • SanG BaYAnG

              15 Agustus 2012 at 18:57

              Iyah.., kadang juga sering dibikin bonsai.. 🙂
              Sama sama mas Kukuh..

               
  5. Senjakala Adirata

    15 Agustus 2012 at 13:45

    saya pernah terganggu dengan beberapa puisi Radhar Panca Dahana dalam buku puisinya yang paling anyar, Lalu AKu. Saya terganggu dengan beberapa kata asing yang dijejalkan dalam puisinya. Karena, lidah saya juga merasa asing saat membacanya apalagi dengan keras dimuka umum. Beberapa lama saya berpikir, akhirnya menyimpulkan bahwa itu adalah “kesombongan” sang penyair dalam menguasai kosakata dan mengejewantahkan dalam puisi melalui pertimbangan diksinya. Tapi kemudian saya berpikir kembali, (memang kata asing itu menurutku tidak menambah kepuitisan atau menambah keindahan melodi-dari sudut pandang personal) tapi rupanya setelah tanya ke beberapa guru yang biasa bergulat dengan karya sastra, justru disitulah (kata asing) berperan untuk membuat para pembaca puisi menjadi berpikir, tidak hanya lewat begitu saja tapi juga mampir dan ingin tahu. Dengan begitu pembaca juga harus mencoba berusaha untuk tahu dan paham apa sebenarnya yang ingin diungkapkan oleh sang Penyair. Selain juga akhirnya memiliki kosakata baru dalam ingatan perbendaharaan katanya. Puisi ini juga, kata asing itu membuat saya menjadi ingin tahu 😀

     
    • SanG BaYAnG

      15 Agustus 2012 at 17:39

      Good..
      Bicara soal kalimat dalam sebuah syair pikiranku menjadi amburadul seketika, sebab terlalu banyak definisi dan masing-masing orang memiliki hak mutlak untuk menentukan persepsinya. Namun saya (pribadi) selalu meyakini bahwa seasing apapun sebuah kalimat apabila penyematan kurang tepat adalah sia-sia karena tak akan memberi kekuatan dalam sebuah kata.
      #Halah.., kq kuat barang.., koyo Dragon ball ae kih 😀

       
      • Senjakala Adirata

        16 Agustus 2012 at 14:40

        mas, dragon ball wis ora usum meneh kih, sakiki ganti Naruto :mrgreen: hehehe

         
        • SanG BaYAnG

          16 Agustus 2012 at 17:55

          OWL malah JOSS.. wkxkxkx 😆

           
  6. yisha

    15 Agustus 2012 at 08:58

    picassostylepun apa , ka?
    yang ini asyik , ka…….

     
  7. zainal

    15 Agustus 2012 at 03:12

    apik tenan…

     
  8. dea

    15 Agustus 2012 at 02:50

    keren nih puisi nya 🙂

     
    • SanG BaYAnG

      15 Agustus 2012 at 17:23

      Ah.., biasa saja kq mbakyu..
      Terimakasih.. 😀

       
  9. Ely Meyer

    15 Agustus 2012 at 00:49

    namanya pohon apa ?

     
    • SanG BaYAnG

      15 Agustus 2012 at 01:06

      Laitu ada sepreh dan wungu.. 😀

      *Sepreh @ Hampir mirip pohon beringin tp daunya agak lebar.
      *Wungu @ Sampai saat ini saya juga gk tau nama aslinya apa, kami menyebutnya wungu karena bunganya berwarna ungu cerah dan buanyak.

       
      • Ely Meyer

        15 Agustus 2012 at 14:43

        jebule itu namanya tho ?
        hrs ke google nih buat lihat wujudnya, tapi yg wungu msh penasaran namanya
        trims ya

         
        • SanG BaYAnG

          15 Agustus 2012 at 17:40

          Hehehehe.., sama sama mbakyu.. 😀

           

Tinggalkan Balasan ke SanG BaYAnG Batalkan balasan