Membangun Kerajaan Baru

Membangun Kerajaan Baru
Cermin Sajak : Sang Bayang

Pada puisi matamu menatap—setajam tukikan elang terbang melintang datang. Jauh dari antah brantah, menghujam di sampingku—serupa wahyu para nabi. Menegaskan kalam, melibas hati berbunga kegelapan—lantaran bukan keturunan Gibran;.

Risau membenarkan sunyi risalah hati—untuk menawarkan duka bersahaja. Melintas di persimpangan waktu bayangan melintas. Kacau berputar menari tanpa irama. Limbung menuju jantung, isyaratkan badai penuh hujan. Singkirkan sepotong bulan dengan sihir lolongan anjing—gaduh di pusara.

Dari sini mendaki bukit—arungi detik gelombang batu bersekutu. Tumbuh berkawan air mata menuliskan jiwa dari jiwaku—dengan sepenuh jiwa. Bangun membangun kerajaan baru dengan nafas. Memupuk duduk di alam misteri—menciduk mustahil ruh bayangan tak bertuan.

Membunuh keluh kebodohan konyol penjualan air mata tak berteduh. Merangkum diri dalam suara, jinakan samudera kehidupan sejernih pikiran. Pergi menyeri hari bergumul hikmah pengertian, memberi arti pelipur damai bagiku-bagimu yang berlumur suka-duka dalam coretan kisah sepenanggunangan nasib. Nasibku-nasibmu. Nasibku. Sang bayang di negeri bayangan.

(Catatan Di Balik Selimut Putih)
Merpati-Room, 13 November 2012