Balada Pembela Manusia Buta
Sajak Cermin : Sang Bayang
Masih pada malam tempat kelana jiwa bersemayam.
Dalam ruang sajak yang berhenti mencaci.
Aku kembali.
Bukan padamu malam atau kawan.Kedatangku tak lagi membawa belati setajam ingatan.
Tentang indah kampung halaman.
Tentang penawaran timpang
atas negeri yang konon telah merdeka.Sebelah mataku telah rapuh.
Pandanganku kabur
menatap gumpalan kuman tanpa senjata.
Sebab lebih asik menikmati bukit pikiran
tak pernah mencapai langit.Kurasa itu lebih asik,
ketimbang memperjuangkan sebuah kebodohan
tak pernah mengerti arti sebuah perjuangan.
Ambarawa, September 2012
Eqbal
14 Mei 2014 at 16:36
mantap banget bos…..
saya suka banget sajakmu …
Bendrose
5 April 2020 at 12:40
Izin share
Wisnu Rendy
3 April 2014 at 12:09
MANTABB
SanG BaYAnG
20 Februari 2015 at 03:18
Terima kasih, sahabat..
Yusuf Muhammad
28 Oktober 2013 at 22:13
Reblogged this on Indonesian Forester.
Yusuf Muhammad
28 Oktober 2013 at 22:08
Kereeen…
Makasih juga ya sudah kunjungi blog saya… š
SanG BaYAnG
29 Oktober 2013 at 01:38
Sama-sama, Mas Yusuf. Terima kasih atas apresiasinya.
Salam santun dan hangat selalu.. š