RSS

Membedah Geguritan : Ayang-Ayangku

26 Jul

Membedah Geguritan : Ayang-Ayangku.
Bedah Kata Dan Puis : Sang Bayang

Ketika mencari suasana baru untuk menghindari titik jenuh, dengan menampilkan tulisan yang disebut geguritan (Puisi-Jawa), rupanya banyak yang tidak mengerti akan bahasa yang digunakan. Ini bisa di maklumi. Lhawong yang menulis geguritan saja juga bingung, apalagi yang membaca hyah. šŸ™„ šŸ™„ šŸ™„

Bahasa jawa memang memiliki kekayaan kosakata yang luar biasa, dan masing-masing daerah memiliki kekhasanya sendiri. Mulai dari yang paling kasar (jawa-ngoko) sampai yang halus (lemes/luwes-dengan krama madya dan krama hingilnya). Kekayaan inilah yang kadang membuat kita seringkali salah dan terjebak dalam mengartikan makna kalimat pada syair-syair jawa, baik didalam geguritan ataupun pada tembang dan gending.

Seperti pengalaman ketika masih bermukim di (dot) info, bersama BPC-Blogger Ngawi. Hal serupa memang sering dialami para penulis ketika menerbitan artikel berbahasa jawa. Karena alasan inilah, penulis mencoba untuk sedikit menterjemahkan dan mengobrak-abrik geguritan yang sempat terupdate dalam blog Sang Bayang.

Sementara apabila diuraikan dalam kajian pemaknaan sebuah kalimat. Geguritan atau puisi ini, mungkin bisa saja berbeda maksud dari makna sematan pesan dalam kalimatmya, dengan apa yang diterima oleh masing-masing pembaca. Karena pada dasarnya, setiap orang memiliki perbedaan dalam segala hal, apalagi dalam aspek sudut pandang dan penafsiran. Dan semua itu tergantung kepekaan serta pengalaman masing-masing pembacanya. Begitupun dengan penulis geguritan ā€œAyang-Ayangkuā€ yang mencoba untuk menterjemahkan dan menjelaskan sedikit dari apa yang pernah ditulisnya. Tentunya ini juga hanya sebatas kemampuan individual penulis. Dan untuk pemaknaan selanjutnya terserah, bagaimana pembaca dalam memaknai sebuah permainan kata tersebut.

Teks aslinya bisa di baca pada posting ā€œAyang-Ayangku oleh Sang Bayangā€.
Dan bila di terjemahan dalam bahasa Indonesia kurang lebihnya seperti di bawah ini.

Bayang-Bayangku.
Puisi : Sang Bayang

Bayang-Bayangku,
keluar tiada terkira,
terlupa oleh setiap insan,
tersingkir dari wujud raga yang sesungguhnya.

Aku lupa, bayang-bayangku,
aku lupa,
terbuai perburuan harta,
tak perduli, sejauh apa pendeknya langkah,
menyanjung perjalanan kelilingi dunia,
sampai berputar seperti gangsingpun,
tiada mengerti apa sesungguhnya yang dicari.

Di dalam gelap kehilangan malu,
hilanglah semua sifat awasnya penglihatan,
seperti anak panah melesat tanpa busur,
plas.., bablas entah pergi kemana tiada henti,
membelah-belah angin tanpa sarang,
hilang pada saat malam terbawa mimpi.

***
Ayang-Ayangku berasal dari kata dasar ayang yang berarti bayang.
Ayang-Ayangku merupakan sebuah bentuk pengimajian wujud bayangan dari bayang-bayang si penulis, bisa juga diartikan sebagai sosok hitam yang biasa dikaitkan dengan kegelapan dan sesuatu yang menakutkan atau sifat buruk yang melekat kedalam diri seseorang dan masih banyak lagi penggambaran-penggambaran tetang sosok sang bayang ini. Kehadiranya yang tak pernah terpikirkan atau terkira inilah, kiranya yang membuat kita sebagai manusia seringkalai melupakan, bahkan tidak memandang dan mempedulikan akan adanya tokoh hitam yang hadir diantara kehidupan kita. Pada bait pertama baris akhir dikatakan tersingkir dari kehidupan raga yang sesungguhnya. Jelas sekali bila pada baris tersebut menggambarkan sosok bayangan yang terbengkalai begitu saja karena tidak memberi pengaruh terhadap kehidupan raga yang sesungguhnya.

Ketika kita lupa pada sesuatu yang ada diluar kesadaran kita, mungkin atau barangkali kita bisa memetik sebuah pelajaran dan belajar dari alam dimana manusia tercipta beserta keadaan lingkunganya. Namun proses belajar seperti ini jarang terjadi dan jarang di pelajari, kecuali oleh orang-orang tertentu dan yang berhasilpun juga cuma manusia-manusia pilihan. Sebab sebagian besar dari makhluk yang bernama manusia ini telah benar-benar lupa. Lupa diantara kesibukanya dalam mencari dan mengumpulkan harta kekayaan yang selalu diburu dan di idam-idamkan oleh setiap orang. Hingga tak pernah memperdulikan seperti apa kemampuan dan kekuatanya. Yang ada hanyalah bekerja keras membanting tulang, bahkan sampai memaksa raganya sendiri. Keinginan yang besar pada diri manusia di sini bisa digambarkan dalam kata ā€œnglulu laju ngangklang jagad,ā€ ini selaras dengan istilah ā€˜Dunia tak selebar daun kelorā€™ hingga dengan kecongkakan dan kekerdialan tekadnya, manusia menganggap diri seolah mampu mengelingi bumi tanpa mempedulikan dirinya yang telah berputar seperti gansing (gangsingan adalah jenis permainan tradisional dari kayu yang di putar dengan tali, bila sudah berputar di tanah dan berkumpul sesama gasing bisa saja beradu bahkan di adu hingga hanya ada satu gangsing yang bertahan jadi pemenang). Sayangnya, walau sedemikian rupa perjuangan dan kerja keras yang dilakukan, jarang sekali ada manusia yang tahu apa yang sesungguhnya dicari, kecuali menumpuk harta untuk sebuah kemewahan yang wah di mata manusia lainya.

Dalam bait terakhir sekedar menggambarkan kenyataan dari keadaan di atasnya, dalam ungkapan seperti seseorang yang kehilangan rasa malunya didalam kegelapan. Mungkin begitulah kiranya ketika jiwa manusia di kuasai oleh sifat kebutaan yang tak bisa melihat kebenaran dengan matanya. Gambaran ini juga di pertegas di dalam baris ā€˜seperti anak panah melesat tanpa busurā€™. Baris tersebut bila sepintas di telaah yang kita dapati hanyalah sebuah paradok, ketidak mungkinan sebuah kejadian yang tidak mungkin terjadi, sebab tidak ada anak panah yang bisa melesat tanpa di lepas dari busurnya. Namun ini sekedar penggambaran saja, andai anak panah itu benar-benar melesat tanpa busur tentunya anak panah tersebut pasti tanpa arah sasaran, sebab tidak ada yang membidikan atau tidak dibidikan pada sasaran yang tempat, sehingga perjalananya tiada perhentian dan tidak ada yang menghentikan kecuali bila telah tiba masanya untuk berhenti, yaitu diujung usianya, alias mati. Ironisnya perjalanan yang sia-sia dan hanya menemui ruang kosong dalam syair ini di ibaratkan seperti membelah angin yang memiliki sifat halus tak bisa digenggam, namun sesungguhnya dia berisi dan sangat berarti bagi kehidupanya sendiri. Tanpa sarang anak panah itu melesat membelah angin. Layaknya anak panah yang tak memiliki busur, adalah penjelasan sebuah kehidupan yang tak pernah bisa mengerti kemana seharusnya kembali, dan untuk apa hidup ini semestinya. Disinilah peletakan makna sebuah hidup yang sesungguhnya berada, yang berasal dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnyapun tiada. Seperti lazimnya sebuah kehidupan, ketika matahari mulai terbit, berbagai aktifitas dilakukan dan aktifitas-aktifitas itupun akan menghilang seiring datangnya malam. Dalam artian yang berhubungan dengan baris dan bait-bait sebelumnya. Perjalanan sebuah kehidupan yang di jelaskan sejak awal dalam baris-baris geguritan ini, dengan sendirinya akan menghilang untuk memenuhi takdirnya dan merasakan semua hidup yang dialami hanyalah sebuah mimpi ketika dibangunkan nanti dalam keadaan yang merugi dan tak berarti, seperti tak berartinya Bayang-bayangku.

Hanya sebatas inilah yang bisa penulis terjemah dan jelaskan dari geguritan ini. Semoga mampu memberi arti dan manfaat. Maaf.., bila diakhir kalimat tidak di simpulkan, ini sengaja agar siapapun yang sempat membaca artikel ini menyimpulkanya sendiri.Ā  Salam..!!!

Ambarawa. 27 July 2012
*Membedah Geguritan Ayang-Ayangku*
(Bedah Kata Dan Puisi : Sang Bayang)

 
29 Komentar

Ditulis oleh pada 26 Juli 2012 inci Bedah Kata, Geguritan, Puisi, Sajak, Syair

 

Tag: ,

29 responses to “Membedah Geguritan : Ayang-Ayangku

  1. DM Asmed

    3 Januari 2013 at 04:58

    Berbahagialah mas bayang dengan budaya jawa termasuk sastranya yang menambah kaya ragam budaya tanah air kita ini. Sebab orang asing saat ini dibanding beberapa dekade lalu, sudah banyak yang belajar Bahasa dan Sastra Jawa, buktinya Google saja sudah ada versi Bahasa jawanya, kalau ga percaya silahkan cek. Namun walaupun saya tidak mengerti aturan penulisan “Geguritan” apakah ia seperti balada, soneta, ode, elegi, pantun dan atau yang lainnya, tapi yang jelas saya sangat mengapresiasi Geguritan mas bayang ini……. dua jempol buat mas bayang. Salam santun dan Istimewa.

     
    • SanG BaYAnG

      5 Januari 2013 at 02:12

      iyah Mas.., kemarin sempat juga ketemu orang jerman dan australi yang ngambil jurusan sastra jawa di UNES-Semarang.

      Sejauh ini belum ada aturan baku yang banyak kutahu mas. Sebab saya hanya tahu sebagian besar lebih mengarah ke sesanti dan saloka. (semacam pemaknaan pesan kata bertuah yang di tulis indah).

      Terimakasih banyak atas jempolnya Mas Asmed.. šŸ™‚

       
  2. Nisa

    8 Agustus 2012 at 03:11

    sangaarr..

     
  3. Ilham

    28 Juli 2012 at 09:31

    keren pak puisinya.

     
  4. Ely Meyer

    27 Juli 2012 at 14:10

    ikut nyimak dulu šŸ˜›

     
    • SanG BaYAnG

      27 Juli 2012 at 20:11

      Silahkan Bunda.., terimakasih sekali sudah sudi nyimak.. šŸ™‚

       
  5. yisha

    27 Juli 2012 at 07:20

    asyik bangets yisha bacanyaaaaaaa…………
    makasih yaaaaaa…….

     
    • SanG BaYAnG

      27 Juli 2012 at 10:34

      Terimakasih karena mase sudi membacanya dengan asyik.. šŸ™‚

       
  6. zasseka

    27 Juli 2012 at 06:53

    apik di baasa Indonesia na mas.. šŸ˜€

     
    • SanG BaYAnG

      27 Juli 2012 at 10:30

      Halah.., lawong ini cuma untuk aksi-aksi tok mase.., biar kliatan agak ngguaya gitu loh.. Wkxkxkx šŸ˜†

       
      • zasseka

        27 Juli 2012 at 11:12

        OK lah kalo beg beg beg gitu… šŸ˜€
        di tunggu gaya gaya selanjutnya ….
        gaya apa lagi yah.. šŸ˜€

         
        • SanG BaYAnG

          27 Juli 2012 at 11:43

          Ah.., bisa aja dikau ne.
          Gaya apa lagi yah..??? šŸ™„
          Belakang sembah kali.., agar bisa menyembah-nyembah sambil plirak-plirik.. šŸ˜†

           
          • zasseka

            27 Juli 2012 at 11:46

            wah perlu dipelajari kie.. lumayan, kena go ngabuburit. šŸ˜€

             
            • SanG BaYAnG

              27 Juli 2012 at 20:14

              Lha.., ngabuburit itu jurusnya.. šŸ˜†

               
  7. Triyoga Adi Perdana

    27 Juli 2012 at 06:12

    Ini baru bisa diterima dengan akal sehat mas. hehe šŸ˜€

     
    • SanG BaYAnG

      27 Juli 2012 at 10:25

      Kebetulan abis suntik langsung posting mase.. :mrgreen:
      Mungkin ni obat ngaruh jua untuk action duarius plus serius mase šŸ˜†

       
      • Triyoga Adi Perdana

        27 Juli 2012 at 21:15

        Alhamdulillah, mantap deh. . Akhirnya sukses juga obatnya mas. hehe. .

         
        • SanG BaYAnG

          27 Juli 2012 at 22:16

          Iyahh mase.., meski yang ditemuinya si dokter gila kayak saya, eh..manjur juga ternyata.. šŸ˜†

           
          • Triyoga Adi Perdana

            28 Juli 2012 at 04:46

            Sungguhhhh, luar biasaaaaa!
            Terkadang kita harus percaya dengan apa yang kita lakukan, mungkin faktor sugesti menjadi satu bagian yang terpenting disini.
            *ki ngomong opo nehhhhhhh. šŸ˜€

             
            • SanG BaYAnG

              29 Juli 2012 at 00:51

              Betulah mase.., meski kadang lebih berkesan tak masuk akal itulah kenyataan dari sugesti.. šŸ˜†
              #omong opo atau opo-opo di omong tak masalah.., sing penting enjoy mase.. :mrgreen:

               
              • Triyoga Adi Perdana

                29 Juli 2012 at 04:26

                Jan mantep iki.
                #betul itu masbro. Sing penting ojo nganti cengar cengir dewe, giloooooo dewe. šŸ˜€

                 
                • SanG BaYAnG

                  29 Juli 2012 at 21:50

                  Loh kq tau kalu saya lage nyengir.., punya bakat meramal juga mase ni.. :mrgreen:

                   
                  • Triyoga Adi Perdana

                    30 Juli 2012 at 02:46

                    Itu mah gak usah diomongin lagi mas. šŸ˜€
                    di dada saya ada tulisannya 121 nih. *call centre maksudnya. hehe

                     
  8. muhyasir

    27 Juli 2012 at 05:51

    saya kira asal kata geguritan adalah geregetan… ternyata bahasa jawa tohh… nice review..

     
    • SanG BaYAnG

      27 Juli 2012 at 10:13

      Lha.., hampir mirip juga ya mase kata-katanya.. šŸ˜€

       
  9. woo

    27 Juli 2012 at 02:40

    Terimakasih atas penjelasannya yang begitu lengkap dan begitu menggambarkan realitas hidup sebenarnya ini! šŸ™‚

    nice artikel mas:)

     
    • SanG BaYAnG

      27 Juli 2012 at 10:10

      Terimakasih kembali Mbakyu Woo.. šŸ™‚
      Cuma sebatas inilah kemampuan yang saya bisa, semoga saja bermanfaat.. šŸ˜‰

       

Tinggalkan Komentar Semanis Mungkin Ya..???