RSS

Semata Wayang Dari Timur


Semata Wayang Dari Timur.
Mata Sajak : Sang Bayang

Dingin menyusup selimut,
dekati ranjang nikmatnya penat,
teriakan menjadi serak
mata mata—kuyu terbelalak
lemas
di pangku sang ibunda—tercinta.

Pejam.. matamu terpejam..
di antara rajaman nasib,
tertidurlah engkau..
lelaplah engkau dibuai
keabadian jaman yang terpendam.

Seiring lalu cerita pilu
memoles sudut halaman tuan,
menghias pot-pot mawar,
berbisik ranting cemara dan manusia.
Sedang embun gelisah..,
daun daun muda resah.
Pantai karang—dingin menghilang
lemah menyingkap layar,
layar-layar kehidupan yang di gelar.
Langkah dan cengkraman tak lagi kekar,
lusuh
mukamu..,
musnah lah otot nan kuatmu.
Ketika duka menyeruak di bumi
sang abah pergi tinggalkan—dunia ini.

Semata wayang dari timur,
derita mendera
di umur tak capai uzur
bertabur bunga bunga
tangis
menghambur,
membunuh pesta—di tengah kubur.
Suram
menakutkan
permainkan—utara selatan.

Bumi kembali sepi,
biarkan cerita duka
membumi—tak henti
hingga akhirnya harus kabur
terkubur dibawah mimpi
kemudian
kembali menjemput hari
atau mati sebentar lagi.

Lihatlah
tanah merah bergelimang tangis,
terbangkan bersama angan
melayang cemas,
tersudut di tempat asing,
di kepalsuan pilu
menanti janji semesta kini
pada anak anak manusia.
Tentang garis-garis putih
tanpa goresan kanvas—merah darah
mengucur bah keringat di perah.
Laksana gerimis menyiram
tumbuh semata wayang,
menyembul kuncup
sajikan hijau matamu.
Kala kalender usang tertinggal
di dinding dinding kenangan
malam, menghias meja
dengan nyala-nyala lilin
bersanding mekar kembang kopi,
menyunting vas—segar di ranting kering.

Semata wayang dari timur
serentak mengemas wajah
baru di awal hari jitu.
Di bulan terakhir mekarnya mawar,
anggrek tak lagi merengek.
Detak jam menyeret jaman
mengusir sunyi—hendak kembali,
larut memanggil malam makin surut
lalu coba bertanya
tentang arti sebuah maut

Apa jawabnya..???
Kenapa tak satu—pun menyahut..???
Semua berubah
semua jadi pengecut.
Yang lantang teriak—berlalu tutup mulut,
kala hiruk—pikuk dunia makin mabuk,
terkutuk, dalam keaneka ragaman,
abai kebajikan menjujunf maksiat.

Senantiasa aku bertanya..???
Tumpahkan kesumat—hati tersumbat
yang gersang di teriknya siang,
meregang nasib
sebagai anak semata wayang.
Membaca dan berkaca dipotret kehidupan,
lewati bayang-bayang semu,
menyusun mimpi di tengah hari.
Menepis picik mainan hidup,
hancurkan karang,
kikis penguasa tragisnya—sebuah kehidupan
yang bukan sekedar gerak dan nafas
kemudian
terhempas di ancam sepanjang jalanya,
saat mimpi tersedat koma dan tanda tanya.
Hidup terbius nyanyian halus,
tidur bagai bangkai,
terbujur bah barang usang,
tak terpakai.
Di sorot lampu angkasa
jiwa jiwa merana,
di atas panas bara—gejolak mendunia.
Di aduk jelaga kata
langkah tak membahana
hingga..kata kata
enyah dan entah
terkapar—terlempar
setengah masak
bahkan tak enak,
tersaji tanpa pasti
di antara keremangan malam,
sunyi menyekap diri.

Semata wayang dari timur.
Pahit nasib kau kecap
dalam gelap bayangan pahit
tertulis sambil menangis,
melintasi mimpi mimpi—palsu di atap khayal.
Kala matahari muda menembus jendela
keluar dari cakrawala,
tertawa bersama malaikat malaikat pucat,
bercokol
membuali anak manusia
terpikat tipu daya—novel manusia nyata
dengan kata selalu di puja.

Cinta sudah kau campak dalam kecewa,
sunyi makin lengkap menyekap—putus asa.
Sudahlah
sudah
akhiri semua tayang nan ocehan,
percuma kelabuhi tubuh-tubuh bayi
dengan bualan sial yang berjubal
di antara lonte lonte—yang masih jua jadi kere
atau juragan juragan
bertingkah seperti bajingan.
Kupertegas sekali lagi
dengan individualita cemoohku,
bahwa aku hanya butuh dokter jiwa,
bukan tipuan-tipuan yang popular jadi selogan
kemudian di puja seperti layaknya dewa
dengan keagungan seperti bintang bintang kejora
menyala pucat
pasi di kala senja—atau pagi tiba kembali.
Otaku jinak masih waras,
walau kau telanjangi seperti bayi,
kuping tak tuli
tak gampang percaya kata—seperti tai.
Mataku tak bisu menatap gerak palsu,
lidah lidah siap mengais,
mulut siap menendang dinding syaraf bebal.
Menyeret kekejaman jaman
dalam ruang kosong kemampuan,
melemparnya ke langit lewati bukit,
menghimpit dengan sebuah kait
atau sekedar mencengkeram—dengan sebuah sumpit
hingga kau terjepit, benar-benar terjepit
kemudian terpelanting dan menjerit,
terpanggang di batuan gamping
hingga otak-otak bebal mampu menggunakan kuping
yang selama ini tengkurap—di samping piring dan guling.
Dengarkan ocehan bablas
keluar dari samping,
sementara jeritan resah melengking—terlempar sumbang
dari bibir-bibir sumbing
menjadi tabu
miring
dicelotehkan pun kering.
Laksana tong kosong yang masih nyaring
di atas ketinggian genting
melengking
terpontang-panting sembunyi
berlari dari syair melejit.

Kini kembali mulut bernyanyi lincah
sambil bersilat lidah.
Riang bersama waktu
ciptakan rasa hilangkan susah,
melekat, dalam gembira jerih payah,
meluap luap
berceceran di atas tanah
tercampur karya tangan mewah
tegakan tekad berdiri
di atas kaki melangkah,
di antara wibawa penyair-penyair megah
hembuskan langkah syair terarah
menyambut angin tersipu malu
di hari bahagia penuh tawa
sebagai anak—semata wayang
hingga akhirnya
harus pergi dan menghilang.

Ngrambe-Ngawi, Agustus 2009

 

87 responses to “Semata Wayang Dari Timur

  1. Riyadi

    30 November 2015 at 23:15

    Bukan sekadar semata wayang
    cukup panjang

     
  2. Lady Modrus

    23 Februari 2014 at 13:16

    wahhh…. kayaknya saya mesti banyak belajar dari mas nih… ^^

     
    • SanG BaYAnG

      27 Februari 2014 at 01:46

      Begitupun saya, yang masih harus banyak belajar dari para sahabat semua. Kita sama-sama belajar ya Mbak Lady..

      Salam santun selalu..

       
  3. fajarbo

    27 Oktober 2013 at 17:53

    terima kasih sudah mampir ke blog saya 😉 saya sangat bangga sudah dimampiri seorang penyair. puisi-puisimu melelehkan.

     
    • SanG BaYAnG

      28 Oktober 2013 at 02:25

      Sama-sama, Mas Fajar.

      Terima kasih kembali atas singgahnya. Semoga kita senantiasa bisa belajar bersama. 🙂

       
  4. Yadi Irwanzyah

    26 September 2013 at 23:51

    Emg pas kta2y sgatlh mnyentuh.
    Sipppp dhhhhhhhh……..

     
    • SanG BaYAnG

      27 September 2013 at 02:03

      Terima kasih atas apresiasinya Mas.

      Salam santun dan takzim selalu.. 🙂

       
  5. Yati Dj

    1 Juli 2013 at 12:57

    mkasih udah mampir k blog ku 🙂 karya2 mu keren 🙂

     
    • SanG BaYAnG

      8 Juli 2013 at 01:42

      Sama-sama Mbak Yati..Terimakasih kembali.. 🙂
      Salam santun dan takzim selalu..

       
  6. tik_tok

    16 Juni 2013 at 09:06

    Makasih udah mampir di blogku,,, salam kenal…

     
    • SanG BaYAnG

      19 Juni 2013 at 18:28

      Sama-sama Mbak. Terimakasih kembali. Salam kenal jua yeah.. 🙂

       
  7. ChokoO

    6 Mei 2013 at 20:40

    (y)

     
  8. rando costa

    4 April 2013 at 12:30

    mantabbb,.

     

Tinggalkan Komentar Semanis Mungkin Ya..???